Kamis, 03 September 2020

Surat Untuk Bapak

Posted by with No comments


*foto Alm Bapak beserta Ibuk

Tahun ini tepatnya tanggal 10 bulan September, aku beserta keluarga besar memperingati 1000 hari meninggalnya Alm Bapak. Menurut tradisi, ini tahun terakhir peringatan mengenang almarhum dengan kegiatan do'a bersama membaca surat yaasin dan tahlil, semoga Alm Bapak diterima disisiNya, diampuni dosanya, dan diterima segala amal ibadahnya. Aamiin.. :)


Hari ini aku mau menulis kenangan bersama Bapak, sebelum Bapak menghembuskan nafas terakhirnya di tanggal 22 Desember 2017 silam, setelah sebelumnya aku menggelar acara selapanan anak kedua-ku, si Galang..


Setelah hampir 3 tahun kepergian Bapak, aku tak pernah sekalipun ingin mempublish kisah duka ini,  sampai saatnya kini aku merasa, sekarang adalah waktu yang tepat, dengan alasan aku sudah siap dan inshaAllah aku sudah kuat berbagi cerita yang selama ini hanya kusimpan dan tak sanggup untuk aku ketik menjadi sebuah cerita. Jujur ini gak mudah, sekalipun hanya modal jari, karena tiap kali aku mengetik, ada perasaan gemuruh, tetesan air mata, dan berakhir dengan cerita yang tak pernah bisa kutuntaskan. Tapi kali ini aku sudah memantapkan hati, bahwa aku mampu menulis kisah beliau yang saat ini hanya bisa kukenang. Untukmu.. Bapakku..


Saat itu usiaku masih 6 tahun, Bapak memakaikan sepatu baru warna merah muda di hari pertama aku masuk sekolah TK. Sayangnya, sepatu baru itu kebesaran, longgar dikaki mungilku. Aku merengek manja, lalu bapak mengambil beberapa kertas koran, ia sobek dan ia bentuk seperti bola bekel, lalu ia masukkan ke ujung dalam sepatuku, mengganjal sepatuku yang longgar itu, tidak hanya itu, Bapak juga yang selalu memakaikan aku seragam sekolah, mengajari menulis, membaca dan berhitung. Semua pelajaran yang aku kurang mengerti selalu aku tanyakan kepada beliau. Maklum karena Ibuku hanya lulusan SD yang tak begitu paham materi pelajaran disekolah, sedang Bapak putus sekolah dari PGA (Pendidikan Guru Agama) sederajat SMA kata beliau, karena dulu terhalang masalah ekonomi saat Kakekku meninggal dunia. Tapi aku salut Bapakku punya pengetahuan luas, karena beliau gemar membaca, dari buku kisah nabi, buku tafsir Al Qur'an atau buku pelajaranku hehe, dan beliau juga gemar nonton berita di tv, apalagi yang berbau politik. Sampai beliau hafal nama-nama menteri beserta jabatannya. Keren gag tuh?? Beliau humble dengan semua orang, punya banyak kenalan sana sini, karena notabene Bapak adalah seorang makelar hihihi. Wajib punya banyak channel yaa :D dari berjualan motor, rumah, tanah, dagang burung, dan dagang sepatu sandal (yang tempat usahanya pernah direlokasi PEMDA) pernah ia lakoni. Kadang aku juga diajak kerumah salah satu konsumen atau ke kantor hanya untuk menemani Bapak dan kliennya bahas harga yang deal atau hanya sekedar negosiasi saja. Entah motivasinya apa, tapi aku jadi sedikit tau dan belajar bisnis marketing sih :D . Aku ingat dulu pernah diajak ke kantor Indom**co buat mempromosikan tanah orang untuk dibuat lahan minimarket, tapi aku lupa itu sampai 'gol' atau gag, yang kuingat aku bisa tau kantor-kantor seperti itu 'isinya' seperti apa :P. Banyak hal yang secara gag sadar Bapak lakuin punya dampak besar bagi aku tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, dari benerin dap air, dari cara maku-maku kayu atau benerin kabel yang putus, cara berkendara motor, cara kredit motor, bayar pajak motor, cara menanam pohon, dll. Semua berkat beliau, sungguh besar jasamu, Pak. Kau lah madrasah pertamaku :'(. Kalau diluaran sana kebanyakan Ibu adalah madrasah pertama bagi seorang anak, lain halnya denganku. Nanti akan kuceritakan di blog aku berikutnya kenapa bisa seperti ini :'(.


Untuk urusan sekolah, Bapak yang selalu andil dalam semua hal. Dari mendaftarkan aku  sekolah, ambil raport, atau kunjungan rutin hampir tiap semester ke kepala sekolah (nego keringanan biaya sekolah :D *Uuppsss wkwkwk ). Jadi Bapak tau bagaimana prestasiku disekolah. Aku pernah rangking 3 saat aku SMA dulu, dan Bapak sebegitu bangganya, sampai-sampai kalau ia kebetulan ngajak main aku kerumah kerabatnya, tak lupa ia selalu membanggakan prestasiku. Katanya aku anaknya rajin, dulu waktu kecil sregep ngaji, walau jarak dari rumah ke tempat ngaji jauh, walau hujan menghadang aku tetep berangkat ngaji. Atau pernah juga tampil teater sampai malam demi karena aku memang suka dunia seni, Bapak rela menemani. Hahaha.. Bukan pamer yaa.. Emang kenyataan aku begitu, anaknya rajin bukan pinter :D pulang sekolah masuk kamar, ngerjakan PR. 


*bersambung dulu ya ceritanya.. 

0 komentar:

Posting Komentar